Kemaren saya sempet dicurhati seorang sahabat. Rodho ngerasa bersalah juga, paz dya curhat (YM!) akune malah kebablasen turu..he he (kebetulan hari itu koq kepalaku rada2 pusing jadine mendukung sekali bwat tidur cepet gitu). Hoo..untunge bocahe apikan tenan, dadine ora nesu :p akhirnya kutanggepi offline via imel.Mungkin yang sayatulis ini udah pernah denger. Cuman pengen mengingatkan kembali aja, sekaligus mengingatkan diri sendiri juga untuk senantiasa bermuhasabah (introspeksi).
Sebagai seorang muslim, yg telah mengucapkan 2 kalimat syahadat, kita bersaksi bahwa tidak ada Illah selain Allah SWT. Salah satu konsekuwensi dari persaksian ini adalah kita mengikuti apa saja yg menjadi perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. Salah satu perintah Allah ialah menghormati orangtua kita. Salah satu penghormatan kita kpd orangtua adalah dengan mematuhi segala perintahnya dan berusaha menyenangkan hati mereka. Apalagi kepada ibu kita.
Kemudian, ada juga sebuah firman Allah dalam Al-Quran di surat Al-Baqarah ayat 216, yang mengatakan bahwa “Boleh jadi kamu membenci sesuatu padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi pula kamu menyukai sesuatu padahal ia amat buruk bagimu, Allah mengetahui sedang kamu tidak mengetahui.”.
Allah menciptakan kita manusia adalah untuk beribadah kepada-Nya. Niatkanlah segala sesuatu sebagai ibadah. Kita kuliah diniatkan sebagai ibadah (Jihad fisabilillah itu..), Kita mengikuti perintah orangtua juga ibadah. InsyaAllah semua kalo’ diniatkan ibadah, kita nggak akan pernah stress, sakit hati, atau pusing memikirkannya.
coba kita berandai2 mengenai masa depan kita..
seumpamanya anda seorang wanita, menjalin inrelationship dengan seseorang n udah berhubungan lama dan anda sangat mencintainya. Suatu ketika kalian berencana menikah. Dalam hal pernikahan, Bapak adalah yg paling berhak untuk menikahkan mbaknya. Menikah adalah salah satu hak dan kewajiban dari Bapak terhadap si’mbak sebagai anak perempuannya. Nah.. dalam kasus mbaknya, laki-laki yang mbak senangi mungkin bukan pilihan yang terbaik menurut Bapak atau Ibu (apapun alasannya).
Ingat, Bapak Ibu sudah tahu bagaimana sifat qta sejak dilahirkan. Andaikata kita bertemu seseorang dan kita mengenalnya baru beberapa tahun, apakah kita akan memilih orang ini dengan tidak mematuhi orangtua kita dengan kawin lari???
Ini ekstrimnya..
Kalo’ saya berfikir begini, andaikata kelak Bapak-Ibu tidak setuju dengan teman wanita yang saya pilih atau mereka punya calon lain, maka saya tidak akan menolak permintaan/keinginan Bapak-Ibuku tersebut. Selama apa yang mereka perintahkan itu tidak melanggar agama, maka kita WAJIB untuk melaksanakannya dengan ikhlas. Kata ikhlas disini penting. Jangan sampai kita melakukan, tetapi hati kita merasa terpaksa. Hal ini akan lebih mudah bila kita meniatkan nikah itu sebagai ibadah. Tur yo nek iso milih calon kiy sik kiro2 mesthi bapak-ibu setuju noo.. he he
Seperti ayat yang talah kusebutkan sebelumnya, “belum tentu apa yang kita senangi itu akan baik buat kita, dan apa yang tidak kita senangi itu belum tentu jelek buat kita”. Yang jelas, saya yakin, bahwa Bapak-Ibu tidak ingin kita menderita/tidak bahagia. insyaAllah kalau kita niatkan untuk beribadah, Allah akan memberikan yang terbaik buat kita semua. Amiin..
dalam berhubungan dengan lawan jenis, sebelum ada ijab-qabul, maka hubungan dua orang itu tidak ada apa-apanya. Dia masih orang lain buat kita. Jadi kita perlu menyadari, karena dia bukan siapa-siapa, maka kalau putus juga nggak apa-apa. Jangan terus depresi n nggak mau ngelakuin apa-apa. Kadang banyak orang yang berfikir bahwa orang ini segala-galanya. Kalau putus maka hilanglah harapan masa depannya. Jangan sampai kita berfikir demikian. Senangilah segala sesuatu itu secukupnya saja (demikian juga bencilah sesuatu itu secukupnya saja).
ya mumpung masih belum terlambat, belum ada hitam diatas putih, belum ada ijab-qobul..
dipikirin dulu matang2..
Menikah adalah hal yang besar..
jangan sampai pikiran/akal/perasaan tingkah laku kita terbelenggu/terikat oleh perempuan/laki-laki lain. Dari mulai kita merasakan ada ketertarikan terhadap lawan jenis kita, setiap rasa itu muncul cobalah untuk berdo’a (terutama lewat sholat tahajud/istiqarah). “Yaa Allah, kalau dia jodohku dan baik untukku, aku mohon dekatkan dia denganku. Kalau tidak maka jauhkanlah dia dariku”. Dan yakinlah bahwa Allah akan mengabulkan do’a kamu. Juga di setiap selesai sholat, berdo’alah 3 macam (paling tidak).
- minta kebahagiaan dunia akhirat (robbana atina fidunya hasanah dst..)
- do’a untuk ibu/bapak (robbighfili dst…) dan
- diberikan jodoh (& anak) yang menyenangkan hati (robbana hablana min azwajina… dst).
Dalam sebuah hadist qudsi disebutkan bahwa Allah itu seperti sangkaan kita. Kalau kita berprasangka bahwa Allah akan memberikan kita yang terbaik, maka apa yang kita dapatkan insyaAllah adalah yang terbaik. demikian juga sebaliknya. Jadi jika kita senang sama seseorang dan tidak bisa mendapatkan cintanya, berfikirlah bahwa Allah tidak berkehendak dia jadi yang terbaik buat kita. Dengan berkeyakinan seperti itu insyaAllah kita nggak akan terkena stress/patah hati/ penyakit hati lainnya.
He he.. yo prakteke ncen gak segampang itu sihh..tapi paling tidak kita selalu ingat bahwa tugas kita hanyalah berusaha, ikhtiar, dan berdo’a..hasilnya teteup pasti ada campurtangan-Nya, Dia yang menentukan…
Bismillah..
Keep Semangaat..!!
^____^)/
oh iyo, ono tips ben gak minder dari seorang sahabat :
“Aku jika ketemu wong le lebih jenius, lebih cakep, dan lebih dsb…maka aku berpikir bahwa mereka memiliki kelebihan itu karena pemberian Allah saja. Jadi mereka cuma nompo dan kelebihan itu bukan karena dari diri mereka sendiri. Dengan berpikir seperti ini aku jadi ora minder insyaAllah. Sebaliknya jika ada orang yang mungkin lebih bodo, lebih bosok rupane, dan lebih elek yang laine2 daripada aku maka aku berpikir bahwa kelebihan yang aku miliki iki semata2 dari Allah sehingga apa pantas aku merasa lebih baik dari mereka. InsyaAllah dadi ra sombong….Semua karena Allah”