blog

Kedewasaan = Kemapanan?

X : Kenapa akhirnya putus sama si ***?”
Y : Dia bilang, aku kayak anak kecil, ga dewasa, ga berpikir masa depan, ga punya masa depan cerah.”
X : Lahh, kok bisa gitu, kalian kan udah 3 tahun lebih pacaran kan? Udah deket juga dengan camer masing2…”
Y : Ga jaminan. Dia malah udah punya pacar baru yang kerja di Bank ***.”

*  *  *

Saya tidak ingin men-judge seseorang begini dan begitu. Tapi yang pengen saya tanyakan, apa ukuran kedewasaan laki-laki dinilai dari kemapanannya? Mapan itu erat ya kaitannya sama materi, harta, jabatan yang saat ini dipunyai. Saya pikir kedewasaan tidak bisa diukur dari kemapanannya. . .

Emang sih,
ndak ada tolak ukur KEDEWASAAN sebenernya, ga ada parameternya. Tiap orang punya cara sendiri menilai kedewasaan. Menurut saya, dewasa itu dimana seorang laki-laki :

  • mampu bertanggung jawab atas apa yang dia lakukan, atas apa yang dia pikirkan untuk saat ini dan masa yang akan datang,
  • menghargai setiap usaha yang telah dilakukan dirinya dan orang lain,
  • tau prioritas dalam hidup, visi, misi, dan impian jauh ke depan,
  • bisa menempatkan sesuatu pada Area Yang Tepat,  Kondisi Yang Tepat, dan Masa Yang Tepat
  • dan lain-lain yang sama sekali tidak dapat dilihat mata tapi dirasakan dengan mengenal orang itu lebih jauh.

Sedangkan KEMAPANAN, saya rasa parameternya bisa sama tiap orang, selalu dijawab dengan mapan = punya rumah, mobil, gadget terkini, uang banyak, posisi bagus di sebuah perusahaan.
Berbalik dengan kedewasaan, kemapanan ukurannya dilihat dengan penglihatan kita.

Entahlah,
kenapa sekarang banyak perempuan yang bilang kalo dia mau cari pasangan yang mapan. Malah, ukuran seperti orangnya agamanya baik, pecinta keluarga, mau menerima kita apa adanya, jauh di deretan yang mungkin diperhitungkan.

Ditambah lagi,
ada temen laki-laki yang bilang kalo dia mau nikah, kalo udah punya rumah sendiri, mobil sendiri, posisi bagus di tempat kerja. Saya lantas bilang, “wah, kalo mas mas kayak gitu, mbak mbak semua bisa ndeketin. Kalo udah punya semua gitu, kita ga bisa tau, apa dia mau waktu kita susah, lah wong yang diliat pas udah kaya aja”.

Seorang Sahadewa Andhika pernah bilang ke saya : ” Nek kowe nunggu duwe opo-opo malah ra nikah-nikah kowe, justru dengan nikah kuwi, kowe bakal dikasih opo-opo sama GustiAlloh..”. Kata-katanya simple tapi penuh makna..

Terus ada cerita juga (ceritone Atma) dari seorang dosen ISI Yogyakarta , yang notabene beragama non Moeslem :

“mas, kowe kan islam, gampang nikahe”
“mas kawin tinggal seperangkat alat sholat”
“bedo ro nggonku . . .”
trus katane, “nek kowe tuku krupuk kan mbok lebokne lodhong”
“pas awal cen ra muat, cuman bar digoyang2 kan iso mlebu kabeh dan tertata dengan rapinya”

hoooo, analogi yg hebat..,

bahwa “perjalanan kehidupan akan menyempurnakan”
tidak perlu menunggu sempurna,
dan yang sekarang (mungkin) kalau dipikir2/dilogika tidak bisa (misal, pendapatan kurang), nantinya dalam perjalanan bisa dengan ajaibnya cukup. Sudah banyak yang merasakannya..

index :

ra iso mlebu = perkiraan/ logika bahwa diri ini masih kurang
nek digoncang2 = perjalanan kehidupan, alias jalani saja, semuanya otomatis berjalan dgn sendirinya.

Klo kita mau belajar dari kehidupan Rasul, dia memiliki isteri dengan beragam tingkat baik itu usia, pendidikan maupun latar belakang sosial dan ekonomi. Rasulullah S.A.W. telah mencontohkan bagaimana harus bersikap bila memiliki isteri yg lebih dewasa dan berharta, menghadapi isteri yg punya ekonomi pas-pasan, menghadapi isteri yg masih kekanakan, menghadapi isteri yg taat beribadah, dan sebagainya. Jadi, jangan dilihat isterinya yg banyak, tapi contohlah bagaimana beliau memperlakukan wanita..

sekarang … lihatlah perempuan yg ada di depan kita atau yg mungkin hendak kita khitbah menjadi isteri kita. Lihatlah tingkah lakunya. Pahami sifatnya. Rasakan emosinya, rengkuh egonya, dan sentuhlah hatinya. Sesungguhnya karena wanita ingin dimengerti (koyo lagune Ada Band). Jangan pernah membuat perempuan menangis! itulah kedewasaan …

Menyuplik dari nasehat seorang Ibu pembicara di sebuah seminar :
“. . .it s okay pilih yang cantik/gantheng di mata anda… naluriah…yang penting tetap peka bashirah untuk melihat kwalitas lain yang lebih abadi dan lebih berarti dalam melewati berbagai ujian rumah tangga.. Sejauh yang saya alami…menikah itu memang penuh misteri. Takdir terbaik didapatkan oleh orang yang :

  1. Sungguh2 membersihkan hatinya…meski harus jatuh, bangun.. 
  2. Sungguh2 mengharapkan `tangan` Allah bekerja atas pilihannya 
  3. Bersyukur atas pemberianNya.. “

Akhir kata, apa yang kita punya di dunia ini semuanya hanya bersifat sementara. Rumah, mobil, uang banyak, perhiasan, jabatan, bahkan suami/istri, anak pun milik Yang Maha Pemilik Segala. Kapan pun Dia bisa mengambilnya kembali.

Yang penting terus berusaha lebih baik,
Wanita yang baik adalah untuk lelaki yang baik. Lelaki yang baik untuk wanita yang baik pula (begitu pula sebaliknya). Bagi mereka ampunan dan reski yang melimpah (yaitu : Surga) – Qs. An Nuur (24) : 26. . .

Bismillah, dan melangkah. . .

Ahmad Bukhori

Co-Founder & CEO of Hoshizora Foundation, Indonesia's independent foundation (NGO) based in Yogyakarta, which has provided "Mimpi Anak Negeri" scholarship and mentoring to over 1,500 children from the various island in Indonesia through foster siblings program. His expertise in IT development, Photography & Digital Media has greatly contributed to the management and operation of Hoshizora’s ICT infrastructure and graphics design as his passion for social innovation.

Ahmad BukhoriKedewasaan = Kemapanan?

7 comments

Join the conversation
  • Anonymous - February 5, 2010

    cewe itu basicly butuh rasa aman. cuma memang kadang keliru ke kata "mapan".

    Gw rasa sih kedewasaan itu identik dengan ability untuk memberikan rasa aman itu tadi.

  • Anonymous - February 5, 2010

    para pecinta sejati tak suka berjanji, tapi begitu mereka memutuskan untuk mencintai, mereka akan segera membuat rencana untuk memberi

    "ingat saudaraQ pada hadist Rasulullah SAW bahwa Ajalmu lebih dekat dari angan-anganmu"

    kalau kita memang ingin menjadi pecinta sejati cintailah Allah SWT karena kita tidak akan kecewa..

    coba kalau kita memang ingin mencintai dan dicintai coba kembalikan kepada niat kita karena apa yang kita niatkan itulah yang akan kita dapat..

    jadi mari kita niatkan semua karena Allah..Rencana Allah lebih indah daripada rencana manusia

  • Anonymous - February 6, 2010

    Yes undoubtedly, in some moments I can phrase that I acquiesce in with you, but you may be making allowance for other options.
    to the article there is still a question as you did in the go over like a lead balloon a fall in love with delivery of this request http://www.google.com/ie?as_q=botox swindon ?
    I noticed the axiom you have in the offing not used. Or you profit by the dreary methods of inspiriting of the resource. I have a week and do necheg

  • Zain - February 8, 2010

    Aku tidak setuju dengan pernyataan yang mengatakan bahwa KEMAPANAN itu ukurannya bisa dilihat dengan penglihatan sedangkan KEDEWASAAN cenderung abstrak. Lalu kalau kedua-duanya nggak ada parameternya, trus gimana kita bisa mengatakan orang itu dewasa dan mapan. Semua tetep ada parameternya, hanya saja kriteria yang digunakan untuk mengukur yang berbeda.
    Dewasa menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah 1 sampai umur; akil balig (bukan kanak-kanak atau remaja lagi): tarif pangkas rambut untuk orang — berbeda dng tarif untuk anak-anak; 2 telah mencapai kematangan kelamin; 3 matang (tt pikiran, pandangan, dsb): cara berpikirnya sudah –. Sedangkan kedewasaan adalah hal atau keadaan telah dewasa. Berbeda dengan mapan yang artinya mantap (baik, tidak goyah, stabil) kedudukannya (kehidupannya): dia yg dulu lontang-lantung, kini hidupnya telah –. Sedang kemapanan adalah hal keadaan mantap; kepuasan dng diri sendiri. Dari definisi tersebut, jelas sudah perbedaan keduanya. Jadi sangat salah apabila seseorang menilai kemapanan hanya berkaitan dengan kebendaan belaka. Kalau ada orang yang menganggap seperti itu berarti dia tidak berpikir panjang. Pandangannya masih sempit.
    Dalam judul tulisan ini kamu mempertanyakan kesamaan antara kedewasaan dengan kemapanan, tapi tanpa disadari kamu telah menjawabnya sendiri, bahkan telah memberikan kriteria dan batasan.
    Wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik. Aku setuju dengan itu. Selalu berusaha dan berdoa agar diberikan yang terbaik, begitu juga dalam memilih wanita sebagai pendamping. Semoga kamu selalu diberi kelancaran dan kemudahan.

  • bukhoryart - February 9, 2010

    Sip Sip.. maturnuwun mas Zainul & semuanya.. atas pencerahannya.. 🙂

  • -Miss Rain(i) - February 10, 2010

    baru buka blog mu, tnyt isinya sarat ilmu, bagus bgt bukh! keep it up bro! ijin copas boleh kah? 🙂

  • bukhoryart - February 10, 2010

    monggo2.. beberapa kontent juga dari hasil menyuplik disana-sini koq mbak.. saya juga masih dalam taraf belajar koq.., Miss Rain (he he he.. dinggo og piyee)..


Comments are closed.